Sumber gambar : greekmythology.com
Menjadi Hera
Bagi sebagian orang yang mengenal
mitologi Yunani kuno, nama Hera—sang dewi pasangan dewa segala dewa, Zeus—tidaklah
asing lagi. Terkenal sebagai wanita pendendam, membenci manusia, dan lain
sebagainya.
Tapi dipikir-pikir lagi, kenapa dia
membenci manusia? Entah kenapa satu hal langsung mencuat dalam pikiranku, bukankah karena manusia telah merebut Zeus
dari sisinya? Siapa yang tidak tahu betapa banyaknya pasangan Zeus di luar
sana. Mereka-mereka itu entah dengan bagaimana membuat Zeus berpaling dari
Hera. Siapa yang tidak akan kesal jika pasangannya direbut? Apa ada yang bisa
berlapang dada saat hal itu terjadi? Jika ada, tanyakan padanya apakah dia
benar-benar menyukai pasangannya?
Apakah Hera menyukai Zeus? Entahlah.
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana perasaannya terhadap pria petir itu. Tapi
satu hal yang mengangguku—entah dimana aku membaca hal ini—Hera terpaksa
bersama Zeus. Kuulangi, terpaksa.
Coba bayangkan, ada seorang pria
yang menginginkanmu dan kau tidak menyukainya. Dia memaksamu, menjadikanmu
pasangannya. Lalu setelah itu dia berbahagia ria mencari orang lain, bermain
cinta dengan orang lain. Gila! Siapa yang tidak akan marah? Siapa yang hatinya
tak terluka? Membenci saja tidak cukup!
Wanita tidaklah jahat. Tapi jika
keadaan memaksa, dia bisa lebih jahat dari sejahat-jahatnya orang jahat.
Hera memang korban. Akan tetapi kesalahan terbesar Hera adalah kebenciannya yang salah sasaran. Para manusia tsb tidak merebut Zeus dari Hera, malah Zeus lah yang memang merayu para manusia tsb. Anehnya bukannya marah pada Zeus, malah Hera marah pada manusia.
BalasHapus